Ekranisasi AR PASUA PA: dari Seni Pertunjukan ke Seni Digital sebagai Upaya Pemajuan Kebudayaan

Ekranisasi AR PASUA PA: dari Seni Pertunjukan ke Seni Digital sebagai Upaya Pemajuan Kebudayaan

Authors

  • Sri Rustiyanti ISBI Bandung
  • Wanda Listiani Program Studi Seni Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Jl. Buahbatu 212 Bandung 40265 Indonesia
  • Fani Dila Sari Program Studi Seni Teater, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh Jl. Transmigrasi No. I, Gampong Bukit Meusara, Kota Jantho-Aceh Besar 23911
  • IBG. Surya Peradantha Program Studi Seni Tari, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua. Jl. Raya Sentani KM. 17,8 Waena, Kota Jayapura, 99351 Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31091/mudra.v36i2.1064

Keywords:

ecranization, augmented reality, digital art, traditional art, cultural advancement.

Abstract

Ekranisasi adalah transformasi dari karya sastra ke bentuk film, yang berarti layar. Dengan meminjam istilah ekranisasi dari bahasa Prancis ini, peneliti akan mengangkat atau memindahkan sebuah karya seni pertunjukan ke dalam seni digital yaitu Augmented Reality. Visualisasi virtual pertunjukan augmented reality merupakan bentuk seni baru, yang memang ini bertujuan untuk membuat penikmatnya merasa seolah berada di tengah suatu ilusi akan realita yang digambarkan melalui sebuah alat interaktif antara virtual dan realita. Ekranisasi sebagai upaya Pemajuan Kebudayaan untuk melestarikan kesenian tradisi dapat mengikuti perkembangan zaman, di mana konsep estetik pun mengikuti perkembangan setiap zaman. Perubahan yang terjadi dapat pengurangan, penambahan, dan variatif yang memungkinkan terjadi dalam proses transformasi dari karya seni pertunjukan ke seni digital. Ekranisasi memungkinkan terjadinya variasi-variasi tertentu, misal dalam ranah ide karya visual, gaya penceritaan, media yang digunakan, persoalan penonton, dan durasi waktu pemutaran. Alasan ekranisasi tersebut antara lain karena Tari Cikeruhan, Tari Guel, dan Tari Wor cukup dikenal oleh masyarakat pendukungnya, sehingga masyarakat pada umumnya sudah tak asing lagi dengan ketiga tarian tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantilatif, yaitu memadukan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif untuk mendefinisikan pola-pola penggunaan foto green screen profil penari Papua, Sunda, dan Aceh dalam upaya pembuatan secara virtual art dan realtime untuk disinkronisasikan, sedangkan metode kualitatif memberikan deskripsi eksploratif tentang bahasa visual yang digunakan pada foto green screen profil penari Papua, Sunda, dan Aceh. Hasil penelitian ini adalah sebagai salah satu alternatif terobosan untuk melestarikan dan merekonstruksi kembali seni tradisi dengan memanfaatkan teknologi di era indutri 4.0 sebagai upaya untuk Pemajuan Kebudayaan.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Arthur S. Nalan. (2008), “Seni Pertunjukan untuk Semua Orang: Konsep Perlakukan dan Pewarisan”, dalam Tradisi sebagai Tumpuan Kreativitas Seni, Sunan Ambu Press, Bandung.

Hauser, Arnold. (1982), The Sociology of Art, The University Press, Chicago and London.

Lauer, Robert H. (1993), Perspektif tentang Perubahan Sosial, Alih bahasa: Alimandan. Rineka Cipta, Jakarta.

Ling, Gabriella Rosely dan Eunike Kristi Julistiono. (2018), “Fasilitas Seni Digital di Surabaya”. Jurnal e-Dimensi Arsitektur Vol. VI, NO. 1, (2018), 145-152.

Peradantha, IBG. Surya. (2019), “Pembelajaran Tari Ibea Obhea di Kampung Doyo Lama, Kabupaten Sentani, Papua (Laporan Penelitian), Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Papua, Jayapura.

-------------.(2019), “Makna Simbolik Body Painting dalam Budaya Tari Suku Padaido, Biak-Numfor, Papua”. (Laporan Penelitian), Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua, Jayapura.

R.M. Soedarsono. (2001), Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Royce, Anya Peterson. (1980), The Anthropology of Dance. Indiana University Press, Bloomington dan London.
Rustiyanti, Sri. (2015), “Aluang Bunian Karawitan Minangkabau dalam Pamenan Anak Nagari dari Penyajian Bagurau ke Presentasi Estetik”, dalam Journal of Performing Arts Vol. 16 No. 2 Agustus, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogjakarta.

Sitokdana, Melkior N.N. (2015), “Digitalisasi Kebudayaan di Indonesia”. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi2015(SENTIKA2015), Yogyakarta, 28 Maret 2015.

Sedyawati, Edi. (1986), Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Sinar Harapan, Jakarta.

Van Peursen. (1976), Strategi Kebudayaan, Kanisius, Yogyakarta.

Wolff, Janet. (1993), The Social Production of Art, New York University Press, Washington Square, New York.

Yoeti, Oka. (2006). Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Bandung.

Downloads

Published

11-06-2021

How to Cite

Rustiyanti, S. ., Listiani, W. ., Sari, F. D. ., & Surya Peradantha, I. . (2021). Ekranisasi AR PASUA PA: dari Seni Pertunjukan ke Seni Digital sebagai Upaya Pemajuan Kebudayaan. Mudra Jurnal Seni Budaya, 36(2), 186–196. https://doi.org/10.31091/mudra.v36i2.1064

Issue

Section

Articles
Loading...