Legong Dan Kebyar Strategi Kreatif Penciptaan Tari

Legong Dan Kebyar Strategi Kreatif Penciptaan Tari

Authors

  • Ni Nyoman Sudewi Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
  • I Wayan Dana Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
  • I Nyoman Cau Arsana Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.31091/mudra.v34i3.784

Keywords:

legong, kebyar, inspirasi, penciptaan tari

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk memaparkan sebuah strategi penciptaan tari yang menempatkan dua genre tari Bali yaitu Legong dan Kebyar sebagai sumber inspirasi. Legong, sering disebut Legong Keraton, adalah genre tari yang muncul sekitar abad XIX. Genre tari ini mengusung konsep estetika bentuk dan struktur  yang secara keseluruhan disebut seni palegongan. Sementara Kebyar yang muncul pada awal abad  XX, menunjuk pada pembaruan garap tabuh atau karawitan Bali yang membawa suasana baru dalam kehidupan seni pertunjukan Bali dalam konteks kreativitas seni demi kenikmatan estetis maupun untuk mendukung berbagai kepentingan sosial keagamaan. Dilihat dari struktur dan ragam geraknya, struktur dan ragam gerak Kebyar menunjukkan adanya kemiripan dengan Legong. Kedua genre tari tersebut dalam perkembangannya masing-masing menemukan kekhususannya, dan berpeluang untuk dipertemukan, serta dijadikan sumber inspirasi penciptaan tari. Dalam memanfaatkan keduanya sebagai sumber garap tari, tentu memerlukan suatu metode dalam pengertian tahapan proses kreatif tertentu. Metode yang dicoba untuk diterapkan adalah memadukan tiga metode penciptaan yaitu: pertama, konsep angripta sasolahan meliputi ngarencana, nuasen, makalin, nelesin, dan ngebah; kedua, menerapkan teori 3 N yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara meliputi nitheni, niroke, dan nambahi; serta ketiga, menerapkan metode dan tahapan proses eksplorasi, improvisasi, dan komposisi serta evaluasi. Penerapan ketiganya secara simultan dalam tahapan proses penciptaan tari diyakini akan dapat mengarahkan setiap langkah kreatif untuk mencapai sasarannya. Di sisi lain, pemanfaatan tari tradisonal sebagai sumber penciptaan tari, akan berdampak pada revitalisasi, penguatan dan pengembangan nilai-nilai budaya lokal (Bali) yang biasanya menjadi acuan dalam berkesenian sekaligus hidup bermasyarakat.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Bandem, I Made. “Metodologi Penciptaan Seni” dalam Yudiaryani, et al., (ed). Karya Cipta Seni Pertunjukan. Yogyakata: JB Publisher bekerja sama dengan FSP ISI Yogyakarta, 2017.

__________. Gamelan Bali di Atas Panggung Sejarah. Denpasar: BP STIKOM Bali, 2013.

Dana, I Wayan., Ni Nyoman Sudewi, dan Bambang Pudjasworo. “Estetika Tari Bali: Kajian tentang Prinsip Keindahan Tari Legong dan Tari Kebyar”. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 1996/1997.

Dana, I Wayan., dan Ni Nyoman Sudewi. “Pelestarian dan Pengembangan Tari Tradisi Bali: Studi Kasus Legong Keraton Peliatan”. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2010.

Dana, I Wayan. “Membaca Ulang Metode I Mario Mencipta Tari Kebyar” dalam Yudiaryani, et al., (ed). Karya Cipta Seni Pertunjukan. Yogyakarta: JB Publisher bekerja sama dengan FSP ISI Yogyakarta, 2017.

Dibia, I Wayan.Terj. Bergerak Menurut Kata Hati: Metode Baru dalam Menciptakan Tari. Jakarta: MSPI, 2003.

Djelantik, Ayu Bulantrisna (ed). Tari Legong: Dari Kajian Lontar ke Panggung Masa Kini. Denpasar: Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, 2015.

Hadi, Y. Sumandiyo. Koreografi: Bentuk – Teknik – Isi. Yogyakarta: Cipta Media, 2011.

Humphrey, Doris. The Art of Making Dances. New York: A Dance Horizons Book, Princeton Book Company, 1959.

Nurhayati, Diah Uswatun. “Gagasan-Gagasan Multikulturalisme Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Musik Tamansiswa Yogyakarta”. Yogyakarta: Disertasi Doktor Penciptaan dan Pengkajian Seni ISI Yogyakarta, 2011.

Reading, Hugo F. Dictionary of Social Sciences, diterjemahkan Sahat Simamora. Kamus Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: CV Rajawali, 1986

Smith, Jacqueline. Dance Composition: A Practical Guide for Teachers (1976), diindonesiakan oleh Ben Suharto. Komposiisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.Yogyakarta: IKALASTI, 1985.

Sudewi, Ni Nyoman.”Legong Keraton Sebagai Seni Pertunjukan, Kontinuitas dan Perubahnanya”. Tesis untuk meraih derajat magister bidang ilmu Humaniora, Sejarah Seni, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1993.

__________. “Topeng Legong: Sebuah Tinjauan Historis dalam Konteks Sosial Budaya Masyarakat di Desa Ketewel Bali”. Laporan Penelitian yang dibiayai oleh Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 1995.

__________. “Legong Bapang: Sebuah Pengembangan Kreatif Struktur Palegongan”. Laporan Penelitian yang dibiayai oleh Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 1998.

__________. “Perkembangan dan Pengaruh Legong Keraton terhadap Pertumbuhan Seni Tari di Bali pada Periode 1920-2005”. Disertasi untuk meraih derajat Doktor bidang Pengkajian Seni Pertunjukan, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2011.

Suteja, I Kt. Catur Asrama Pendakaian Spiritual Masyarakat Bali dalam Sebuah Karya Tari. Surabaya: Paramita, 2018.

Downloads

Published

06-09-2019

How to Cite

Sudewi, N. N., Dana, I. W., & Cau Arsana, I. N. (2019). Legong Dan Kebyar Strategi Kreatif Penciptaan Tari. Mudra Jurnal Seni Budaya, 34(3), 285–290. https://doi.org/10.31091/mudra.v34i3.784

Issue

Section

Articles
Loading...