Problematik Notasi Ding Dong Pada Era Information Technology (It)

Main Article Content

I Putu Arya Deva Suryanegara

Abstract

Sistem notasi ding-dong pada Gamelan Bali pertama kali dibuat pada tahun 1939 oleh I Wayan Djirna dan I Wayan Ruma, dan disempurnakan kembali oleh guru Kokar Bali (Konservatori Karawitan Bali) pada tahun 1960 untuk tujuan pedagogis. Meskipun sistem ini cukup membantu untuk mentransmisikan karawitan tradisional terdahulu, namun untuk keperluan komposer maupun musisi Bali saat ini masih mengalami keterbatasan. Alasannya pada era information technology (IT) saat ini, notasi Ding Dong masih belum memiliki sarana untuk menotasikan gending gamelan secara digital yang memadai, seperti yang digunakan untuk notasi Barat telah memiliki berbagai jenis aplikasi digital. Sehingga perbaharuan dan perkembangan sangat diperlukan oleh para musisi dan komposer gamelan Bali, karena selain untuk keperluan pribadi, juga untuk keperluan akademis. Bahwasanya kini sering terdapat tuntutan tugas untuk menotasi gending gamelan Bali secara konkrit dan digital. 

Article Details

How to Cite
Arya Deva Suryanegara, I. P. (2018). Problematik Notasi Ding Dong Pada Era Information Technology (It). Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan, 4(2). https://doi.org/10.31091/kalangwan.v4i2.562
Section
Articles

References

Aryasa, I WM,dkk. 1984/1985. Pengetahuan Karawitan Bali. Denpasar : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiharto, Bambang. 2013. Untuk Apa Seni?. Bandung : Matahari

Barendregt, Bart,dkk. 2016. Merenungkan Gema: Menyimak Warisan Musik Indonesia- Belanda. Jakarta: KITLV dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Dibia, I Wayan. 2017. Kotekan Dalam Musik dan Kehidupan Bali. Denpasar: Balimangsi Foundation dan Institut Seni Indonesia Denpasar.

Rembang, I Nyoman. 1984/1985. Hasil Pendokumentasian Notasi Gending-gending Lelambatan Klasik Pagongan Daerah Bali. Bali : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tantra, I Nyoman,dkk. 1985. “Notasi Karawitan Baliâ€. Denpasar: Akademi Seni Tari Indonesia Dernpasar.

Vansina, Jan. 2014. Tradisi Lisan Sebagai Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.