Tari Ghora Manggala: Transformasi Makna Ngerebeg Dalam Bentuk Karya Tari

Main Article Content

I Wayan Adi Gunarta
Ida Ayu Wayan Arya Satyani

Abstract

Tari Ghora Manggala, terinspirasi dari tradisi ritual ngerebeg yang ada di Desa Adat Tegal, Desa Darmasaba, Badung, Bali. Ngerebeg merupakan sebuah ritual tolak bala untuk memohon keselamatan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang dipercayai oleh masyarakat dapat memproteksi dari segala bentuk wabah penyakit dan mara bahaya. Penata berpandangan bahwa, makna dari ritual ini sangat kontekstual dengan kondisi dunia dewasa ini yang tengah dilanda pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang telah menyebar dengan begitu cepat di seluruh belahan dunia. Pemikiran tersebut memantik ide kreatif penata untuk mewujudkan sebuah karya tari di tengah pandemi Covid-19, dengan mengangkat nilai religius dan nilai sosial dalam berkehidupan pada ritual ngerebeg sebagai sumber gagasan penciptaan karya. Tujuan penelitian dan penciptaan seni ini adalah menghasilkan sebuah karya tari yang memiliki nilai kebaruan dalam garap bentuk dan garap isi. Landasan teoritis yang digunakan pada penciptaan Tari Ghora Manggala ialah teori estetika, sebagaimana dikemukakan oleh Monroe Beardsley bahwa ada tiga unsur keindahan, yaitu: kesatuan (unity), kerumitan (compleksity), dan kesungguhan (intensity). Sedangkan metode penciptaan tarinya, berpijak pada prinsip penciptaan seniman Bali, yakni angripta sasolahan yang terdiri dari lima tahapan penting, yaitu: ngarencana, nuasen, makalin, nelesin, dan ngebah. Tari Ghora Manggala ialah sebuah karya tari kontemporer yang dibawakan oleh lima orang penari putra dan seorang pemusik. Karya ini merupakan bentuk ungkapan doa dan harapan penata untuk keseimbangan alam semesta (Bhuana Agung dan Bhuana Alit).

Article Details

How to Cite
Adi Gunarta, I. W., & Arya Satyani, I. A. W. (2020). Tari Ghora Manggala: Transformasi Makna Ngerebeg Dalam Bentuk Karya Tari. Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan, 6(2), 116–126. https://doi.org/10.31091/kalangwan.v6i2.1229
Section
Articles

References

Dibia, I Wayan. 2016. “Membaca Pergulatan Seni Pertunjukan Kontemporer di Bali”, Makalah Dipresentasikan Dalam Diskusi Seni Kontemporer Dalam Rangka Hari Jadi Ke XII, GEOKS Singapadu, 21 Desember 2016.

Gie, The Liang. 2004. Filsafat Keindahan (Edisi Ke-2). Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.

Gunarta, I Wayan Adi. 2013. “Tari Barong Dalam Prosesi Ngerebeg Sebagai Bagian Dari Ritual Simbol Kejayaan di Desa Tegal Darmasaba” dalam Jurnal Media, Seni dan Desain. Malang: Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Mardiwarsito, I. 1981. Kamus Jawa Kuna-Indonesia. Ende: Nusa Indah.

Murgiyanto, Sal. 2015. “Menyoal Makna: Tidak Ada Model Tunggal Kontemporer”, Makalah Dipresentasikan Dalam Diskusi Seni Kontemporer Dalam Rangka Hari Jadi Ke XI GEOKS Singapadu.

Satyani, Ida Ayu Wayan. 2014. “Dramatari Kontemporer Jirah”. Tesis Karya Pada Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Denpasar.

Soedarso SP. 2006. Trilogi Seni: Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.

Soedarsono, R.M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suharto, Ben. 1983. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, terjemahan dari buku Dance Composition: A Practise Guideline for Teachers karya Jacqueline Smith (1976). Yogyakarta: IKALASTI.

Sumandiyo Hadi. Y. 2003. Mencipta Lewat Tari, terjemahan dari buku Creating Through Dance karya Alma M Hawkins (1988). Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Suteja, I Kt. 2018. Catur Asrama: Pendakaian Spiritual Masyarakat Bali Dalam Sebuah Karya Tari. Surabaya: Paramita.

Triguna, Ida Bagus Gde Yudha. 2000. Teori Tentang Simbol. Denpasar: Widya Dharma Universitas Hindu Indonesia.