Pupuh Dalam Dramatari Arja Rare Angon Oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar

Main Article Content

Sang Nyoman Gede Adhi Santika
I Nyoman Sedana
I Made Marajaya

Abstract

Pertunjukan dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar yang dipentaskan pada tahun 2006 tidak lepas dari keberadaan pupuh, sehingga dapat dikatakan sebagai dramatari bertembang karena peranan pupuh tersebut sebagai media ungkap dalam pengantar cerita Rare Angon yang terelaborasi dengan elemen-elemen pendukung yang ada dalam dramatari Arja.  Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memahami bentuk, estetika, dan makna pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar. Penelitian pupuh tersebut menggunakan desain penelitian deskriptif analitik. Ada tiga pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi : (1) Bagaimana bentuk pupuh yang terdapat dalam Dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar? (2) Bagaimana estetika Pupuh yang terdapat dalam Dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar? (3) Apa makna syair Pupuh yang terkandung dalam Dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar? Permasalahan tersebut dianalisis dengan teori bentuk, teori estetika, dan teori semiotika. Jenis data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui teknik observasi, teknik wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Pupuh memiliki unsur-unsur pembentuknya diantaranya unsur utama yakni tiga pola persajakan antara lain Padalingsa, Guru Wilangan dan Guru Dingdong dan juga syair Pupuh yang didapat dari sumber cerita Rare Angon, kemudian unsur penunjang antara lain Notasi, alur cerita, dan penokohan; (2) estetika Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon adalah keutuhan yang menggabungkan seluruh unsur pembentuk Pupuh pada adegan papeson dan adegan panyerita dengan memiliki keselarasan pada adegan papeson ketika terjalin hubungan antara Pupuh, gerak tari, dan musik iringan. Kecemerlangan terletak pada daya pikir para penari dalam menggunakan teknik nyompong dan dalam menciptakan syair pupuh dalam improvisasi adegan panyerita dan pekaad. (3) Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon memiliki dua makna, yaitu makna denotasi dan makna konotasi. Makna denotasi adalah Pupuh secara keseluruhan adalah sebuah representasi dari alur cerita Rare Angon, sedangkan makna konotasi adalah makna yang tidak tampak namun dapat dirasakan. Artinya Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon mengandung makna simbolik, keindahan, keteladanan, penyucian diri, dan makna kedamaian.

Article Details

How to Cite
Adhi Santika, S. N. G., Sedana, I. N., & Marajaya, I. M. (2020). Pupuh Dalam Dramatari Arja Rare Angon Oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar. Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan, 6(1), 32–42. Retrieved from https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/kalangwan/article/view/1117
Section
Articles

References

Adhyasmara. Apresiasi Drama. Yogyakarta: C.V Mur Cahaya, 1979.

Arikunto. Prosedur Penelitian Sebuah (EdisiRevisi V). Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012.

Bandem, I Made. Kaja dan Kelod Tarian Bali Dalam Transisi. Jogjakarta: Badan Penerbit Institut Seni Indonesia, 2004.

Bandem, I Made. Wimba Tembang Macapat Bali. Denpasar: BP STIKOM BALI, 2009.

Berger, Arthur Asa. Pengantar Semiotika: Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010.

Creswell, Jhon W. Penelitian Kualitiatif dan Disain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Dibia, I Wayan.“Evolusi dan Eksistensi Arja”, Denpasar: STSI. 1992.

Dibia, I Wayan. Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 1999.

Dibia, I Wayan. Geliat Seni Pertunjukan Bali. Denpasar : Arti Bali, 2012.

Djelantik, A.A. Made. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Perunjukan Indonesia, 2004.

Gie, The Liang. Filsafat Seni Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB), 2004.

Kana, Nico L, Dkk. Metode dan Penulisan Ilmiah, Diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 1984.

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia.1980.

Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1988.

Ratna, Nyoman Kutha. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005.

Sandiyasa, Sang Ketut Pesan. “Hasil Pengamatan Parade Arja. Denpasar: Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, 2012.

Soedarsono. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002.

Stokes, Jane. How To Do Media And Cultural Studies. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2003.

Suarya, I Wayan. “Bentuk dan Fungsi Pupuh dalam Seni Arja di Desa Keramas:.skripsi. Denpasar : Jurusan Bahasa dan Sastra Fakultas Sastra Universitas Udayana, 1983.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.

Sudharta, Tjok Rai dan Puniatmaja, I.B. Oka. Upadesa. Surabaya: Paramitha, 2001.

Sumardjo Jacob. Filsafat Seni. ITB: Bandung, 2000

Suryajaya, Martin. Sejarah Estetika. Jakarta: Gang Kabel, 2016.

Tim Penyusun Buku Dramatari Arja. Mengenal Dramatari Arja di Bali. Denpasar: Proyek Penggalian/ Pembinaan Seni Budaya Klasik (Tradisional) dan Baru.tt.

Titib, I Made. Teologi Dan Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita, 2003.

Triguna, Ida Bagus Gde Yudha. Teori Tentang Simbol. Jakarta: Widya Dharma, 2000.

Wicaksana, I Ketut dan Ni Komang Sekar Marhaeni. “Tembang Bali”. Denpasar: STSI Denpasar, 2004.