Digital Imaging (Skandal Dan Kejujuran Fotografi Jurnalistik)

Main Article Content

 I Made Bayu Pramana

Abstract

Karya  foto  yang  sebelumnya  dianggap  paling  mewakili  realitas,  mulai  tercoreng  tingkat kejujurannya karena  kontroversi  yang  sangat  fatal.  Dua  peristiwa  besar mengguncang tatanan nilai  kejujuran  dalam berkarya fotografi. Peristiwa pertama dipicu oleh penetapan pemenang Iomba fotografi, fotografer asal Singapura yang bernama Chay Yu Wei menjadi pemenang sebuah Iomba Fotografi  Nikon Singapura  di akhir tabun 2015. Peristiwa kedua meledak pada April 2016, Menghantam  Steve McCurry seorang jurnalis foto National  Geographic  yang sangat  terkenal  asal Amerika.  Bulan  April 2016 Paolo Viglione  seorang fotografer asal Italia menulis di blognya tentang "keanehan" setelah melihat pameran foto Steve McCurry di Venaria Reale, Turin, Italia.

Semua fotografer menggunakan perangkat lunak komputer pasca pengambilan foto termasnk jurnalis foto. Namun editing harus tetap mempertahankan integritas konten  foto  dan  konteks.  Tidak mengubah atau menambah gambar yang bisa menyesatkan penikmat foto. Ketentuan ini adalah salah satu batasan paling sederhana terhadap apa yang boleh dan tidak dalam Iomba fotografi dan dalam foto jurnalistik.  Elemen­ elemen ini pun akan mempunyai konotasi yang berbeda dari setiap yang melihat karena simbol yang dikodekan punya banyak intepretasi. Hal yang menjadi keharusan lainnya bagaimana menegaskan untuk "mengusung kejujuran" dalam setiap karya yang diciptakan. Sisi popularitas yang disandang jurnalis foto tenar terkadang  membuat  mereka  lupa  bahwa  mereka telah  menjadi  panutan  jutaan  fotografer  muda.  Hingga kesalahan fatal yang mereka sengaja dianggap bnkanlah sebuah cela ataupun hal yang tabu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan digital imaging yang tidak sesuai pada kaidah foto jurnalistik seharusnya dihindari. Karena dalam karya foto terkandung sebuah cerita dan nilai kejujuran yang harus  dijaga  oleh  setiap  fotografer.  Penggunaan digital  imaging  dalam  foto jurnalistik   diperbolehkan dengan salah satu persyaratannya adalah foto hanya boleh di edit sebatas edit minor. Edit minor biasanya sebatas croping, burning, dodging dan lainnya dalam batas wajar yang tidak sampai menambah atau mengurangi elemen di dalam foto.

Article Details

How to Cite
Pramana,  I M. B. (2016). Digital Imaging (Skandal Dan Kejujuran Fotografi Jurnalistik). Prabangkara : Jurnal Seni Rupa Dan Desain, 19(23), 27. Retrieved from https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/prabangkara/article/view/134
Section
Articles

References

Ajidanna, Seno Gumira. (2002}, Kisah Mata (Fotografi Diantara Dua Subyek : Perbincangan tentang Ada). Yogyakarta : Galang Press.

Bagus, Lorens. (2002), Kamus Filsafat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Freeman, John. (2005), Photography : The New Complete Guide to Taking Photographs. Singapore : Page One Publishing Private Limited.

Nugroho, R. Amien. (2006), Kamus Fotografi. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Soedjono, Soeprapto. (2006), Pot-Powi Fotografi. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti.

Zabar, Iwan. (2003), Catatan Fotografer: Kiat Jitu Menembus New York. Jakarta : Penerbit Kreativ Media.