TY - JOUR AU - Linggih, I Nyoman PY - 2020/04/14 Y2 - 2024/03/28 TI - Religiusitas Sasolahan Sanghyang Bungbung Di Pura Dalem Sindu Sanur (Sebuah Studi Teo – Estetik) JF - Mudra Jurnal Seni Budaya JA - MJSB VL - 35 IS - 1 SE - Articles DO - 10.31091/mudra.v35i1.995 UR - https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/995 SP - 30-39 AB - <p class="p1">Sesungguhnya Tari <em>Sanghyang</em> merupakan jenis tari peninggalan di zaman Bali kuna, namun salah satu tari <em>Sanghyang</em> yang tergolong langka, sebagai seni tari religious magis terdapat di Pura Dalem Sindu, Kelurahan Sanur adalah; <em>Sanghyang Bungbung, </em>oleh masyarakat disebut Ratu Alit. <em>Sanghyang Bungbung</em> merupakan sebuah tari <em>Wali</em> (Sakral) dengan menggunakan sepotong <em>bungbung</em> (seruas bambu berlubang) sebagai alas <em>Pratima</em>, <em>pralingga</em> (tempat berstananya para Dewa). <em>Pratima</em> atau <em>Pralingga </em>yang dibuat berbentuk muka manusia berjumlah 12, yaitu; 6 buah laki-laki, dan 6 buah<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>wanita dibuat<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>dari pohon jepun yang tumbuh di Pura Dalem Sindu Sanur di masa yang silam oleh Ida Pedanda Gede Rai yang <em>kesah</em> dari Grya Sindu Sidemen Karangasem menetap mendirikan<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Grya Sindu Sanur, ketika pemerintahan Raja Denpasar, beberapa tahun sebelumnya pecah perang Puputan Badung 20 September 1906. Hingga saat kini<em> Sanghyang Bungbung</em>, dilestarikan sebagai <em>Tari Wali</em> untuk menetralisir yaitu; harmonisasi alam <em>niskala</em> dan <em>sekala</em>. <em>Sanghyang Bungbung</em><span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>sebagai perwujudan Ratu Alit (<em>Widyadara-Widyadar</em>i) yang turun dari Kahyangan ke bumi, dengan menari<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span><em>Janger </em>menghibur<em> Ratu Gede Nusa</em> yang bergelar Bapak Poleng dengan iringan 1500 Wong Samar berpakaian<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>serba poleng membawa pedang, tombak, dan sebagainya, untuk mencari manusia sebagai <em>labaan </em>(kurban) pada <em>sasih keenem. </em>Ratu Alit yang bergelar nama bunga yaitu; Sekar Jepun, Sekar Gadung, Sekar Pudak, sekar Sandat, Sekar Jempiring, Sekar Soka, Sekar Madori Putih, Sekar Anggrek Geringsing,Widyadari Tunjung Beru, Widyadari Tunjung Bang, Widyadari Tunjung Putih, dan Widyadari Sang Supraba menari untuk memendak, menghibur Ratu Gede Nusa selama <em>enem sasih</em>, mulai <em>sasih Tilem Kapat </em>hingga <em>Purnama Sasih Ke Dasa.</em> Ratu Alit <em>mapalawatan</em> <em>Sanghyang Bungbung</em> masolah<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>mendak Ida Ratu Gede Nusa setiap Tilem Kapat di Pantai Sindu Sanur, setiap Kajang Kliwon di Pempatan Agung Sindu Sanur, setiap Purnama di Pura Dalem Sindu Sanur. <em>Sasolahan Sanghyang Bungbung</em> merupakan tarian Religus Magis yaitu penuh<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>keaajaiban, dengan kekuatan yang luar biasa menari Janger, tidak hanya<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>membuat penonton terhibur, tetapi juga<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Ida Ratu Gede Nusa terperangah, terpesona dengan tarian Jangernya Ratu Alit, hingga Ratu Gede Nusa mengurungkan niatnya untuk mencari manusia sebagai <em>labaan</em> (kurban) <em>sasih keenem (Teo-Estetik).</em></p> ER -