Onomatopoea sebagai Pembuka Signifikasi Teks dalam Komik Tintin Petualangan Tintin Penerbangan 714 ke Sidney versi Terjemahan Bahasa Indonesia

Onomatopoea sebagai Pembuka Signifikasi Teks dalam Komik Tintin Petualangan Tintin Penerbangan 714 ke Sidney versi Terjemahan Bahasa Indonesia

Authors

  • Deny Tri Ardianto Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta, 57126, Indonesia
  • Dwi Susanto Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta, 57126, Indonesia
  • Sayid Mataram Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta, 57126, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31091/mudra.v33i2.349

Keywords:

komik Tintin, onomatopoea, dekonstruksi

Abstract

Komik Tintin memperlihatkan onomatopoea yang dimanfaatkan untuk memperjelas makna. Onomatopoea memberikan “celah†sebagai pembuka makna teks dengan melihat gagasan yang lain dalam teks. Pembacaan yang dilakukan atas onomatopoea adalah pembacaan dekonstruksi. Masalah utama dari hal itu adalah apakah makna dalam teks dengan mendasarkan pada bagian terpinggir dari teks seperti onomatopoea. Objek material dari tulisan ini komik terjemahan dari Tintin edisi Petualangan Tintin Penerbangan 714 ke Sidney. Objek formalnya adalah makna dari teks Tintin. Data yang digunakan adalah onomatopoea dalam teks, gagasan yang muncul dari teks, isi cerita dan lain-lain. Teknik interpretasi data dilakukan dengan mendasarkan pada prosedur pembacaan dekonstruksi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa onomatopoea menjadi pembuka makna teks melalui serangkaian oposisi seperti onomatopoea versus narasi teks, onomatopoea versus visual, dan narasi teks versus visual. Onomatopoea mengikat sekuen sebelum dan sesudahnya dan meluruhkan narasi teks serta visual yang “tidak penting†disekitar onomatopoea. Gagasan interteks yang muncul adalah melanjutkan proyek rasionalisme, bias kolonial dan keunggulan ras, serta meluruhnya gagasaan tersebut melalui kritik atas materialisme. Hal itu ditunjukkan melalui teks-teks petualangan, konflik ideologis, hingga hero yang super seperti pada era Romantisme Eropa.

Tintin comic utilizes onomatopoeia to clarify meaning. Onomatopoeia gives a "window" as an opening to the meaning intended in the text by relating to other context in it. Onomatopoeia reading is a deconstructive reading. The main problem of this type of reading is whether the meaning in the text is based on the marginalized part of the text such as onomatopoeia. The material object of this paper is a comic translation of Tintin's Adventure entitled Tintin Flight 417 to Sidney. The formal object of this paper is the meaning of the text in the comic. The data of this research are onomatopoeia in the text, ideas that arise from the text, and the content of the story. Data interpretation technique was conducted according to deconstruction reading procedure. The results show that onomatopoeia clarify the meaning of the text through a series of oppositions such as onomatopoeia versus text narrative, onomatopoeia versus visual, and text narrative versus visual. Onomatopoeia binds the previous and following sequences and sheds the "unecessary" visuals and narrative texts around it. The intertextual ideas that arise are issues related to rationalism, colonial bias and racial superiority, and the dissolve of those ideas due to criticisms of materialism. These are shown through the texts of adventure, ideological conflict, and super hero characteristics like commonly presented in the era of European Romance.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Bakthin, Mihkhail. (1986), Speech Genreand Others Late Essays, University of Texas Press, Austin.

Ellis, Markman. (2000), The History of Gothic Fiction, Edinburgh University Press, Edinburgh.

Gaskell, Philip. (1999), Landmarks in Classical Literature, Edinburgh University Press, Edinburgh.

Herge. (1968), Adventure of Tintin “Flight 517 to Sidney, Mamoth, United Kingdom

Herge. (1975), Petualangan Tintin Penerbangan 417 ke Sidney, Indira, Jakarta.

Kristeva, Julia. (1980), Desire in Language: a Semiotic Appoarch to Literature and Art, Basil Blackwell, Oxford.

Lindsay, Jennifer. (2012), “Heirs to world culture 1950-1965: an Introduction†dalam Jennifer Lindsay dan Maya H.T. Liem. (ed.) 2012. Heirs to world Culture: Being Indonesian 1950-1965, KITLV Press, Leiden.

Noth, Winfried. (1990), Handbook of Semiotics, Indiana University Press, Bloomington and Indianpolis.

Rifaterre, Michael. (1978), Semiotics of Poetry, Indiana University Press, Bloomington & London.

Saraceni, Mario. (2003), The Language of Comics, Routledge, London.

Sarup, Madan. (1993), An Introductory Guide to Post-Structuralism and Postmodernism, The University of Georgia Press, Georgia.

Spivak, Gayatri C. (2002), “Three Women’s Text and A Critique of Imperalism†dalam Reina Lewis and Sarh Milss (ed.), (2002), Feminist Postcolonial Theory: A Reader, Edinburgh University Press, Edinburgh.

Susanto, Dwi. (2015), Kamus Istilah Sastra, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Todorov, Tzvetan. (1985), Tata Sastra, Penerbit Djambatan, Jakarta.

Downloads

Published

09-05-2018

How to Cite

Ardianto, D. T., Susanto, D., & Mataram, S. (2018). Onomatopoea sebagai Pembuka Signifikasi Teks dalam Komik Tintin Petualangan Tintin Penerbangan 714 ke Sidney versi Terjemahan Bahasa Indonesia. Mudra Jurnal Seni Budaya, 33(2), 223–231. https://doi.org/10.31091/mudra.v33i2.349

Issue

Section

Articles
Loading...