Seni Lukis Sebagai Refleksi Ketidakberdayaan dan Keterpinggiran Cokek

Seni Lukis Sebagai Refleksi Ketidakberdayaan dan Keterpinggiran Cokek

Authors

  • Sarnadi Adam Doctoral Programme School of Postgraduate Yogyakarta Institute of the Arts Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31091/mudra.v33i1.323

Keywords:

Betawi Art tradition, cokek, painting, decorative nostalgic

Abstract

Penelitian ini didorong oleh kerinduan peneliti pada Tari Cokek  sebagai bagian dari lingkungan budaya pada masa silam untuk menjadi inspirasi seni lukis. Setelah dilakukan studi literatur, observasi, wawancara dan pendokumentasian, ditemukan fakta, bahwa masyarakat pendukung Cokek telah semakin menurun, sehingga kesenian ini tidak berdaya untuk mempertahankan eksistensinya, ditandai dengan terpinggirnya Cokek dari pusat Jakarta ke Tangerang. Para pelaku Cokek mengalami dilema atau berada dalam pilihan yang sulit: untuk bertahan, penanggap telah semakin langka, sedangkan untuk beralih profesi mereka tidak memiliki keahlian lain karena kecintaannya pada Cokek. Dilema tersebut, khususnya pada problem ketidakberdayaan dan keterpinggiran Cokek, menjadi sumber inspirasi utama untuk menciptakan 7 (tujuh) lukisan pasca penelitian. Adapun metode penciptaannya meliputi: eksplorasi ide, bentuk, dan teknik. Hasilnya, sebagai temuan penciptaan, adalah seni lukis dekoratif nostalgis, ialah seni lukis bercorak dekoratif yang mengaktualisasikan rasa rindu dan rasa iba pada Cokek sebagai bagian dari budaya Betawi masa silam yang kini semakin menghilang.

This research is motivated by the longing of researchers at Cokek Dance as part of the cultural environment in the past to become an inspiration of painting. After the study of literature, observation, interviews and documentation, it was found that Cokek's supporting societies had declined, so that this art tradition was powerless to maintain its existence, marked by the marginalization of Cokek from central Jakarta to Tangerang. Cokek actors are in a dilemma or are in a difficult choice: to survive, the responders have become scarce, while to switch professions they have no other skills because of their love of Cokek. The dilemma, particularly on the powerlessness and marginalization of Cokek, became the main source of inspiration for creating 7 (seven) post-research paintings. The method of creation includes: the exploration of ideas, forms, and techniques. The result, as the invention of creation, is a nostalgic decorative art, is a decorative patterned painting that actualizes the longing and pity of Cokek as part of Betawi culture which is now disappearing.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Ali, Matius. 2011. Estetika Pengantar Filsafat Seni. Sanggar Luxor

Bandem, I Made. 2001. Metodologi Penciptaan Seni: Kumpulan Bahan Mata Kuliah. Yogyakarta: Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Campbell, David. 1986. Mengembangkan Kreativitas, saduran A.M. Mangun Hardjana. Yogyakarta: Kanisius

Langer, Suzanne K. 2006. Problematika Seni (terjemahan Fx. Widaryanto). Bandung: Sunan Ambu Press STSI Bandung, 2006

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sp., Soedarso. 2006. Trilogi Seni: Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit Institut Seni Indonesia Yogyakarta

SP., Gustami, SP. 2007. Butir-Butir Mutiara Estetika Timur: Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Prasista, 2007

Downloads

Published

06-03-2018

How to Cite

Adam, S. (2018). Seni Lukis Sebagai Refleksi Ketidakberdayaan dan Keterpinggiran Cokek. Mudra Jurnal Seni Budaya, 33(1), 1–8. https://doi.org/10.31091/mudra.v33i1.323

Issue

Section

Articles
Loading...