Bentuk Dan Fungsi Tari Baris Buntal, Desa Pakraman Pengotan, Kabupaten Bangli

Main Article Content

Ni Luh Desmi Kartiani
Ni Made Arshiniwati
Suminto -

Abstract

Tari Baris Buntal di Desa Pakraman Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, merupakan tari sakral yang biasanya ditarikan saat piodalan di beberapa pura yang ada di Desa Pakraman Pengotan. Tari Baris Buntal ini memiliki beberapa keunikan dari segi kostum dan koreografinya, sehingga membuatnya berbeda dengan tari baris upacara lainnya. Melihat keunikan tersebut diharapkan tari ini dapat dilestarikan dan didokumentasikan tidak hanya berupa video melainkan juga dokumen tertulis agar bisa bermanfaat bagi masyarakat kedepannya. Namun pada kenyataannya di lapangan tidak ada dokumentasi tertulis seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, penelitian ini perlu dilakukan dengan mengangkat dua permasalahan yaitu bentuk dan fungsi. Untuk menjawab dan menjelaskan hal tersebut digunakan metode penelitian yaitu metode penelitian kualitatif dengan empat teknik pengumpulan data yaitu, observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi, serta dianalisis dengan mengaplikasikan teori estetika dan teori fungsi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil atau jawaban sebagai berikut.Tari Baris Buntal merupakan tarian sakral yang menggambarkan tentang ketangkasan seorang prajurit dalam mengintai musuh, mengejar, dan melawan musuh-musuhnya. Tarian ini ditarikan oleh 8 orang penari yang terdiri dari laki-laki dewasa, dengan menggunakan tata rias dan busana yang sederhana, dan diiringi dengan gamelan Gong Gede. Tari Baris Buntal di Desa Pakraman Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli ini memiliki dua fungsi yaitu fungsi primer sebagai sarana ritual, hiburan pribadi, dan presentasi estetis. Fungsi sekunder sebagai pengikat solidaritas masyarakat, media meditasi dan media terapi. 

Baris Buntal Dance in Pengotan Village, Bangli District, Bangli District, is a sacred dance that is usually danced at piodalan in some temples in Pengotan Village. Baris Buntal Dance has some uniqueness in terms of costume and choreography, thus making it different from other ritual dance lines. Seeing the uniqueness is expected this dance can be preserved and there should be documentation not only in the form of videos but also written documents in order to be useful for the future community. But in reality in the field there is no written documentation as expected. Therefore, this research needs to be done. To answer and explain things related to the object of research is used research method that is qualitative research method with four data collecting technique that is, observation, interview, literature study, and documentation, and analyzed by applying theory of aesthetics and function theory. Based on the research done then obtained the results or answers as follows. Bareback Dancing is a sacred dance that depicts the agility of a soldier in stalking the enemy, chase, and fight his enemies. This dance is danced by 8 dancers consisting of adult men, using a very simple makeup and clothing, and accompanied by gamelan Gong Gede. Baris Buntal Dance in Pengotan Village, Bangli Subdistrict, Bangli District has two functions, namely the primary function as a means of ritual, personal entertainment, and aesthetic presentation. Secondary function as a binder of community solidarity, media meditation and media therapy.

Article Details

How to Cite
Desmi Kartiani, N. L., Arshiniwati, N. M., & -, S. (2018). Bentuk Dan Fungsi Tari Baris Buntal, Desa Pakraman Pengotan, Kabupaten Bangli. Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan, 4(1). https://doi.org/10.31091/kalangwan.v4i1.451
Section
Articles

References

Bandem, I Made. 1983. Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar: ASTI Denpasar.

_________. 1996. Etnologi Tari Bali. Yogyakarta: Kanisius.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Bandem, I Made dan Fredrik Eugene deBoer. 2004. Kaja and Kelod Balinese Dance in Transition (Diterjemahkan oleh I Made Makaradhwaja Bandem Kaja dan Kelod Tarian Bali Dalam Transisi ). Yogyakarta: ISI Jogjakarta.

Dibia, I Wayan. 1979. Sinopsis Tari Bali.Denpasar: Sanggar Tari Bali Waturenggong.

_________. 1999. Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Bali.

_________. 2012. Ilen-ilen Seni Pertunjukan Bali. Denpasar: Yayasan Wayan Geria.

_________. 2013. Puspasari Seni Tari Bali.Denpasar.UPT. Penerbitan ISI Denpasar.

Djayus, Nyoman. 1980. Teori Tari Bali.Denpasar: CV. Sumber Mas Bali.

Djelantik, A.A.M. 2008.Estetika Sebuah Pengantar. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia

Gie, The Liang. 1996. Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka.

_________. 2006. Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Pustaka.

Kardji, I Wayan. 2010. Serba-serbi Tari Baris Antara fungsi Sakral dan Fropan. Denpasar: CV. Bali Media Adhikarsa

Moleong, Lexy J. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ngurah Nala, I Gst dan I. G. K. Adia Wiratmadja. 2015. Murddha Agama Hindu. Denpasar: Upada Sastra

Soedarsono, R.M. 2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

__________.2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Rosdakarya.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tasman, A. 2008. Analisis Gerak dan Karakter. Surakarta: ISI Press Surakarta.

Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Yudabakti, I Made dan I Wayan Watra. 2007. Filsafat Seni Sakral Dalam Kebudayaan Bali. Surabaya: Paramita.