Deskripsi Dialog Drama Tari Gambuh Cerita “Dedoyan”

Main Article Content

Ni Diah Purnamawati

Abstract

Dialog(pangalangkara) tari Gambuh pada umumnya memakai Bahasa Kawi dan Bahasa Bali (sor singgih basa) sebagai media ungkap dalam pementasan. Dialog para tokoh tidak berdasarkan teks, melainkan secara improvisasi. Hal ini dilakukan setelah terlebih dahulu pelakunya diberikan gambaran mengenai isi, tema, lakon, jalan cerita serta watak-watak para pemain. Berdasarkan penggunaan bahasanya mempunyai kecenderungan memakai Bahasa Kawi dan Bahasa Bali (sor singgih basa) dipandang perlu untuk mendeskripsikan teks dialog-dialog tari Gambuh supaya gampang untuk mempelajarinya. Kenyataannya sampai saat ini dialog tari Gambuh sulit untuk dipelajari dan sangat penting adanya deskripsi teks dialog-dialog sebagai pedoman pertunjukan Gambuh oleh para seniman sekaligus sebagai pelestarian budaya.

Dialogue (pangalangkara)in Gambuh dance that commonly used Kawi and Balinese language (with the rules of sor singgih basa) is revealed media in staging. The dialogue of the characters is not based on the text, but rather improvised. This is done once the characters are given a description of the story contents, themes, storylines and characteristic of each characters. Based on the language usage they have a tendency to use Kawi, and Balinese language (with the rules of sor singgih basa) is deemed necessary to describe the dialogue in Gambuh dance to make it easier in understanding and learning. In fact, until now Gambuh dance dialogue is difficult to learn and it is very important to have a text description of the dialogues as a guide line for Gambuh performances by artists as well as cultural preservation.

Article Details

How to Cite
Purnamawati, N. D. (2018). Deskripsi Dialog Drama Tari Gambuh Cerita “Dedoyan”. Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan, 4(1). https://doi.org/10.31091/kalangwan.v4i1.449
Section
Articles

References

Bandem, I Made dan Sal Murgiyanto.(1996), “Teater Daerah Indonesiaâ€,Penerbit Kanisius, Denpasar, Bali.

_______, dkk.(1975),Panithitalaning Pegambuhan, Proyek Penerbitan Naskah-naskah Seni Budaya dan Pembelian Benda-benda Seni Budaya.

Beryl De Zoete dan Walter Spies.(1952),Dance and Drama in Bali, Oxford University Press, Singapore.

Dibia, I Wayan.(1996), “Panji Dalam Seni Pertunjukan di Indonesiaâ€,dalam Saresehan Sastra dan Budaya Pesta Kesenian Bali XVIII.

Departemen Pendidikan Nasional.(2002), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jambatan, Jakarta.

Moleong. L. 2001. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya Offset.

Mardiwarsito, L. (1981), Kamus Jawa Kuna-Indonesia,Nusa Indah, Ende, Flores.

Panitia Penyusun. (1978),Kamus Bali-Indonesia, Dinas Pengajaran Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

Poerbatjaraka.(1968), Cerita Panji Dalam Perbandingan,PT. Gunung Agung, Jakarta.

Purnamawati Ni Diah. (2001),Makna Cerita Panji Dalam Seni Pertunjukan Wayang Bali, Laporan Penelitian DIK Seni Pertunjukan Wayang Bali, Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Denpasar.

Rota, Ketut. (1978/1979), Wayang Gambuh. Sebuah Pengantar, Proyek Pengembangan Institut Kesenian Indonesia Jakarta Sub/Bagian Proyek ASTI Denpasar, Denpasar

Sudarsana, Nyoman. (2002). Ucapan/Dialog Drama Tari Gambuh dan Terjemahan, Sanggar Tari Bali (Balinese Dance Foundation) “Nyoman Kakulâ€, Gianyar, Bali.

Teew, A. (1982), Khazanah Sastra Daerah: Beberapa Masalah Penelitian dan Penyebarluasannya,Balai Pustaka, Jakarta.

Tinggen, I Nengah.(1986), Sor Singgih Basa Bali,Sekolah Pendidikan Guru Negeri, Singaraja.

Warna, I Wayan.(1988). Kamus Kawi-Bali, Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Dati I Bali, Denpasar.

Wojowasito, S. dan Titowasito, W. (1991),Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris,HASTA, Bandung.

Wirtawan, Ketut (48th), Seniman Tari dan Tabuh, wawancara tanggal 15 Juni 2017 di Sanggar Tari Nyoman Kakul, Gianyar, Bali.

Zoetmulder, P.J. (1985), Kalangwan, Djembatan, Jakarta.

Zoetmulder, P.J. (2000),Kamus Jawa Kuna-Indonesia, Gramedia, Jakarta.